BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada era sekarang ini
kehidupan dalam berkeluarga itu sangatlah mempunyai pengaruh besar bagi setiap
anggota keluarga. Pada konteks utama, keluarga ini merupakan suatu unit
terkecil yang terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang di dalamnya
yang dimana mereka semua saling berinteraksi dan saling berketergantungan satu
sama lain. Dalam keluarga inilah Ayah sebagai kepala keluarga yang sangat
mempunyai tanggung jawab besar dalam semuanya, baik itu untuk istri ( ibu )
maupun terhadap anak.
Anak dalam keluarga, ini
merupakan suatu titipan Tuhan terhadap ayah dan Ibu. Dengan titipan Tuhan inilah
kedua orang tua, baik itu ayah dan ibu harus selalu mendidik, menjaga, dan
memberikan suatu dorongan yang membangun untuk anak tersebut. Intinya dalam
perkembangan anak orang tua harus mengambil alih tugas penting tersebut.
Berbicara perkembangan
anak terutama pada anak usia dini dari umur 0-4 tahun. Kedua orang tua harus
mempunyai kemapuan lebih dalam menjaga anak pada usia tersebut. Pada pokok ini
lah kita harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan baik dalam aspek fisik,
kognitif, bahasa, maupun aspek sosio-emosional serta peran orang tua dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Perubahan-Perubahan Dalam
Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan berarti
mempelajari proses-proses perubahan-perubahan yang terjadi pada kehidupan
manusia. Perubahan-perubahan tersebut baik bersifat fisiologis, kognitif, dan
psiomotorik, dan psikososial. Di dalam perubahan psikologi perkembangan ini
terdapat dua hal penting yakni, pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development).
1.
Apa itu pertumbuhan dan
perkembangan ?
Pertumbuhan (growth), yang dapat diartikan
sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif (dapat diukur). Perubahan –
perubahan tersebut dapat terjadi pada bentuk fisik yang bersifat irreversible.
Misalnya, pada seorang bayi awalnya mempunyai tinggi badan 56 cm dan tinggi 4,0
kg. Selang 1 tahun kemudian tinggi, bayi tersebut mengalami tumbuh tinggi
hingga 85 cm dan beratnya mencapai 8,7 kg. Perubahan – perubahan inilah yang dapat diukur secara pasti. Sedangkan
perkembangan (development) merupakan perubahan
manusia yang terjadi akibat proses pertumbuhan fisik dan proses pembelajaran yang
mengarah pada kualitas subtansi prilakunya. Misalnya pada seoarang bayi,
setelah lahir bayi tersebut hanya bisa menangis, tidur, dan minum ASI. Namun
setelah beberapa tahun kemudian ia sudah dapat melakukan aktifitas lain seperti
tengkurep, tersenyum, memegang benda tertentu, dan lain sebagainya.
B. Periodisasi Perkembangan
Manusia Dari Umur 0-4 Tahun
Setiap individu di muka
bumi ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi
dari peristiwa konsepsi hingga kelahiran dan menjadi seorang bayi, kemudian
tumbuh kembang sebagai anak-anak, remaja, dewasa, hingga sampai mati. Proses ini
mestinya membutuhkan rentang waktu yang cukup panjang. Menurut para ahli
psikologi perkembangan hal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahap.
Menurut Papalia, Olds & Feldman (1998; 2004) di ikutip
dari Agoes Dariyo membagi perkembangan manusia menjadi sembilan tahap yakni :
1.
Masa Pra-natal,
2.
Bayi dan bawah tiga tahun,
3.
Anak-anak awal (early
childhood),
4.
Anak tengah (middle
childhood),
5.
Anak akhir (late
childhood),
6.
Remaja (adolescense),
7.
Dewasa muda (young
adulthood),
8.
Dewasa tengah (middle
Adulthood), dan
9.
Dewasa Akhir (late
Adulthood).[1]
Dalam tahap-tahap
perkembangan manusia diatas itu merupakan perkembangan manusia dari konsepsi
awal hingga tahap dewasa akhir. Dalam perkembangan anak pada usia 0 sampai 4
tahun terdapat pada tahap pra-natal, bayi dan diawah tiga tahum (toddler),
hingga tahap anak-anak awal (early childhood).
1.
Masa Pra-natal
Pada masa ini merupakan
masa proses pertumbuhan dan perkembangan dimulai. Proses ini dikarenakan adanya
pertemuan sperma dengan sel telur yang bakal menjadi calon manusia dengan
diawali proses pembentukan jaringan hingga struktur organ-organ fisik lainnya.
Hal ini membutuhkan waktu maksimal 9 bulan 10 hari. Mnurut para ahli
menyebutnya sebagai masa perubahan evolusi janin dalam keandungan.[2] Pada
kondisi ini sangatlah rentan terhadapa kondisi lingkungannya, karena pada
kondisi inilah janin perlu tarif kesehatan yang baik, kebiasaan dan prilaku
yang baik, baik itu ayah maupun ibu. Apabila kondisi fisilogis dan psikologis
yang baik akan membuat perkembangan individu menjadi orang cerdas, sehat, dan
berkompeten.
2.
Masa Bayi dan Anak Tiga
Tahun Pertama (Toodler)
Keadaan yang sudah dikatakan
matang (mature) untuk seluruh organ fisiknya, karena sudah melewati masa waktu
yang cukup lama yaitu hingga 9 bulan 10 hari. Dengan waktu yang cukup ini ia
merasa sudah siap untuk dilahirkan ke dalam dunia. Setelah dilahirkan, seorang
bayi akan segera menangis hal ini disebabkan karena rasa terkejutnya untuk
pertama kali dengan perbedaan susana ketika dalam kandungan dengan suasana
ketika ia melihat dunia ini.
Perkembangan dan
pertumbuhan akan terjadi selama masa pengasuhan, pemeliharaan dan bimbingan
dari orang tuanya. Pada masa ini perkembangan anak sudah dapat melakukan
sesuatu seperti merangkak, berdiri, berjalan, melompat dan berlari. Bermain
merupakan hal sangat membahagiakan bagi si anak. Dengan bermain ini lah si anak
dapat mengembangkan keterampilan motorik, kecerdasan, inisiatif, imajinasi,
kreatif, bakat, kemampuan sosialisasi. Ciri-ciri anak pada masa tiga tahun
pertama ini masih lekatnya emosi antara orang tua dan anak, sering menceritakan
sesuatu yang tidak masuk akal, berbohong, dan egosentris.[3]
3.
Masa Anak-anak Awal (Early
Childhood)
Pada masa ini anak
mengalami suatu kemandiriran, kemampuan kontrol diri (self control) dan hasrat
ingin memperluas pergaulan dengan sesama teman. Masa ini terjadi pada anak usia
4-5 tahun. Pergaulan yang terjadi pada
masa ini akan membuat sedikit demi sedikit mengurangi rasa ketergantungan
terhadap orang tua, mengurangi egosentris, mengurangi cerita-cerita yang tidak
masuk akal. Walaupun pada masa ini di mungkinkan terjadinya konflik, pertengkaran
yang kemudian terjadinya proses kompromi, dan adaptasi atas norma-norma yang
ada. Bermain pada masa in mempunyai hal yang penting dalam pengembangan
kepribadian, psikomotorik halus maupun kasar.
C. Aspek-Aspek Perkembangan
pada anak usia 0-4 tahun
Mengenai perkembangan
manusia hal ini tidak dapat lepas dari beberapa aspek seperti perubahan dalam
dirinya. Secara garis besar perkembangan manusia itu dilandasi beberapa aspek
seperti aspek fisik (psikomotorik), aspek kognitif, aspek bahasa, dan aspek
sosio-emosional.
1.
Aspek Fisik
Mengenai aspek fisik ini
sangatlah dapat kita lihat perubahan-perubahan tersebut dari luar tubuh manusia
maupun di dalam internal tubuh. Ketika perubahan fisik anak perlu di cermati
secara intens, karena apabila terdapat sesuatu yang kurang terhadap pertumbuhan
anak, itu dapat menjadi suatu tanda dari anak. Perubahan-perubahan fisik ini
dapat kita lihat dari konsepsi awal, hingga menjadi bayi dan tumbuh kembang
menjadi anak-anak. Perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik luar dapat kita
lihat seperti tinggi, berat, dan tangan, tubuh, kaki, dan lain sebagainya.
Selain itu perubahan-perubahan internal juga termasuk dalam aspek perkembanga secara
fisik dengan semakin kuatnya jaringan otot dan sistem syaraf sehingga mampu
meningkatkan kapasitas hormon dam kelenjar maupun keterampiln motorik. Mengenai
perkembangan saraf motorik ini menjadi modal awal bagi seorang anak ingin
melakukan sesuatu kegiatan. Di dalam perkembangan saraf motorik ini terbagi menjadi
dua yaitu,
a.
Motorik kasar, dan
Gerakan fisik yang
membutuhkan suatu koordinasian antar jaringan otot-otot besar dengan anggota
seluruh tubuh dengan menciptakan keseimbangan. Misalnya, dalam gerakan
berjalan, berlari, dan melompat.
b.
Motorik halus.
Ini merupakan gerakan
kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan antara
otot halus dengan tangan-mata. Misalnya dapat diperdalam dengan bermain puzzle.[4]
Dalam konteks perkembangan
motorik seorang bayi atau anak, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik tersebut. (1) Perkembangan Usia, (2) Tercapainya
Kematangan Organ-Organ Fisioogis, (3) Kontrol Kepala (4) Kontrol Tangan (5)
Kontrol Kaki (6) Lokomosi.[5]
Perubahan fisik ini sangatlah
dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, sakit-penyakit dan nutrisi. Setiap perubahan
fisik yang terjadi hal ini pasti berpengaruh pada aspek lain seperti kognitif,
bahasa, dan sosio-emosional.
2.
Aspek kognitif
Dalam perkembangan
kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir, memecahakan
masalah, mengambill keputusan, kecerdasan, bakat. Kematangan fisiologis ini
merupakan hal yang penting dalam perkembangan kognitif, sehingga perkembangan
kognitif makin baik dan koordinatif.
Perkembangan kognitif anak
usia 1-2 Tahun.
USIA
|
KEGIATAN
|
13-19 bulan
|
Belajar melalui
pengamatan/ mengamati.
|
17-19 bulan
|
Meniru orang
tua.
|
14 bulan
|
Belajar
konsentrasi.
|
15 bulan
|
Mengenal anggota
badan
|
18-24 bulan
|
Memahami bentuk,
kedalaman, ruang dan waktu.
|
18 bulan
|
Mulai mampu
berimajinasi.
|
21-23 bulan
|
Mampu berpikir
antisipatif.
|
12-17 bulan
|
Memahami kalimat
yang terdiri dari beberapa kata
|
18-23 bulan
|
Cepat menangkap
kata-kata baru.
|
Perkembangan kognitif anak
usia 2-3 Tahun.
USIA
|
KEGIATAN
|
24 bulan
|
Berpikir
simbolik.
|
36 bulan
|
Mengelompokkan,
mengurut dan menghitung.
|
8-36 bulan
|
Meningkatnya
kemampuan mengingat.
|
18-36 bulan
|
Berkembangnya
pemahaman konsep.
|
36 bulan
|
3.
Aspek Bahasa
Bahasa merupakan suatu
alat komunikasi. Kita sebagai makhluk sosial mestinya harus berkomunikasi satu
sama lain. Bayi merupakan makhluk premitif dalam perkembangan bahasa.[7] Pada
dasarnya bayi belum dapat berkata-kata maupu berbicara kepada sesama manusia. Dengan
meningkatkan kemampuan berbicara ataupun berbahasa harus mampu dalam kematangan
fisiologis, dan perkembangan sistem syaraf dalam otak supaya anak dapat
berfikir, dan melakukan komunikasi dengan baik.
Perkembangan berbahasa
anak pasti melalui masa awal dimana anak hanya dapat menangis, berteriak,
mengoceh, dan meniru kata-kata. ketika anak dilahirkan di dunia ini, menangis
merupakan suatu ungkapan komunikasi awal dari anak, maupun rasa terkejutnya
anak dengan perbedaan suasan ketika didalam kandungan ibu dengan keadaan
dunnianya sekarang. Kemudian anak dapat berteriak dengan mengeluarkan kata-kata
yang tidak jelas. Dan selanjutnya anak dapat mengoceh dengan kata-kata yang
pernah didengarnya seperti pa pa pa, ma ma ma. Dengan mengoceh anak sudah bisa
mengfungsikan organ-organ seperti lidah, tenggorokan, dan pernapasan dalam
mengeluarkan kata-kata tersebut. Tetapi dengan anak yang mempunyai keterbatasan
dalam pendengaran maupun dalam berucap, ia akan sulit dalam berkomunikasi
dengan sesama manusia, kecuali dengan menggunakan bahasa isyarat (gesture).
Bahasa isyarat merupakan
bahasa komunikasi dengan menggerakan anggota tubuh seperti tangan, kepala,
ekspresi wajah. Dengan bahasa isyarat ini kadangkala membuat orang tua menjadi
lebih peka dengan kondisi si anak.
a.
Tahap-Tahap
perkembangan kalimat Anak
Menurut Schaerlaekens
(dalam Marat, 2005) dalam kutipan Agoes Dariyo, menyebutkan ada tiga
perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun
pertama, yakni:
i.
Periode Prelingual ( Usia
0-1 Tahun)
Suatu periode dimana
kemampuan anak dalam mengoceh. Anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus
dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda.
ii.
Periode Lingual
Dini (Usia 1-2,5 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat,
satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.
iii.
Periode Diferensiasi (Usia 2,5 - 5 tahun)
Pada tahap ini anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai
dengan hukum tata bahasa yang baik dan benar.
Permbendaharaan katanya sudah berkembang secara baik dilihat dari segi
kuantitas dan kualitas.[8]
b.
Karakteriktik
Bahasa pada Anak-Anak Usia Tiga Tahun Pertama
Para ahli psikologi
perkembangan (Berk,1993; Haris & Liebert, 1991; Turner & Helms, 1995;
Papalia, et.al., 1998;2004) dalam kutipan Agoes Dariyo, menyebutkan ada tiga
karakteristika bahasa anak, yaitu :
i.
Sederhana
ii.
Memahami Hubungan
Gramatika, Walau Tidak Mampu Diucapkan Secara Langsung.
iii.
Memahami Arti Kata-kata
Daftar perkembangan bahasa
dari lahir sampai usia 3 tahun
(dalam Papalia, Olds &
Feldman, 1998)
Usia (Bulan)
|
Karakteristik Perkembangan
|
Lahir
|
Bayi dapat menerima pembicaraan orangtua. Ia menagis untuk membuat respon
terhadap suara yang gaduh.
|
1,5 – 3 bulan
|
Bayi mengoceh, tertawa dan berteriak.
|
3 bulan
|
Bayi bermain dengan suara-suara untuk memperoleh rasa senang.
|
5 - 6 bulan
|
Bayi mampu membuat suara konsonan dan mencoba untuk merespon terhadap
suara-suara yang didengarnya.
|
6 – 10 bulan
|
Bayi mampu mengoceh dengan memadukan suara konsonan dan vokal
|
9 bulan
|
Menggunakan gerak-gerik isyarat untuk berkomunikasi dan bermain dengan
gestur.
|
10 – 12 bulan
|
Bayi mulai memahami kata-kata (seperti kata tidak atau namanya sendiri),
serta mampu meniru kata-kata.
|
9 – 10 bulan
|
Bayi mampu menggunakan bahasa isyarat sosialyang dapat dimengertioleh
lingkungan sosial.
|
10 -14 bulan
|
Anak mampu mengatakan kata-kata pertama dan meniru suara orang lain
|
10 – 18 bulan
|
Anak dapat mengatakan kata-kata tunggal
|
13 bulan
|
Anak dapat memahami fungsi simbolik dari nama, serta dapat menggunakan
isyarat yang diperluas
|
14 bulan
|
Anak mampu memhami dan menggunakan isyarat secara simbolik
|
16 – 24 bulan
|
Anak mampu membuat kalimat dua kata, misalnya: saya bica, caya bica, taya
bita (maksudnya : saya bisa)
|
20 bulan
|
Anak mampu mempelajari kata-kata dan memperluas perbendaharaan kata
secara cepat dari 50 kata menjadi 400 kata. anak mampu menggunkan kata-kata
benda dan kata-kata sifat.
|
20 – 22 bulan
|
Anak mampu menggunakan beberapa isyarat atau nama. Nama mempunyai arti
bagi dirinya.
|
24 bulan
|
Anak mempunyai dorongan untuk berkatakata secara tiba-tibadengan cendrung
mampu membuat beberapa kata.
|
30 bulan
|
Anak mampumenggunakan kalimat 2 kata sebagai frase dan ingin bebicara
kepada orang lain.
|
36 bulan
|
Anak belajar kata-kata baru hampir setiap hari. Ia berbicara denan 3 atau
lebih kata. ia mampu memmahami bahasa atau kata-kata dengan baik, mampu
membuat kalimat dengan aturan tata bahasa tetap sering kali salah.
Anak mampu berkata-kata dengan 1000 kata, dan 80 persen dapat dimengerti (intelligible),
tetapi salah dalam membuat sintaksis (kalimat).[9]
|
4.
Aspek Sosio-Emosional
Emosi merupakan bagian
dari aspek afektif yang mempunyai pengaruh besar terhadapkepribadian dan
prilaku seseorang. Pada hakekatnya emosi bersifat fluktuatif dan dinamis,
artinya perubahan emosi sangat bergantung pada kemampuan seseorang dalam
mengendalikan dirinya. Ada dua emosi yang dikenal pada anak usia tiga tahun
pertama, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif ini merupakan
suatu keadaan perasaan yang membuat anak menjadi senang, bahagia, bersemangat
dan percaya diri untuk melakukan sesuatu. Sedangkan emosi negatif merupakan
ungkapan perasaan-perasaan yang cendrung membuat anak menjadi tidak nyaman.[10]
Perkembangan karakteristik
emosi anak usia tiga tahun pertama
(Papalia,Olds & Felman, 1998)
Usia
|
Karakteristik
|
0-3 bulan
|
Bayi terbuka terhadap stimulasi luar. Mereka memulai menunjukkan
keterkaitan dan rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru. Mereka mudah
tersenyum dengan orang lain.
|
3-6 bulan
|
Bayi dapat mengatisipasi terhadap suatu kejadian dan pengalaman yag tak
disukainya. Mereka mungkin menjadi marah dan waspada. Mereka sering mengoceh,
tersenyum dan tertawa. Hal ini merupaan waktu awal kebangkitan pengalaman
relasi antara bayi dengan orangtunya.
|
6-9 bulan
|
Bayi melakukan aktifitas bermain sosial untuk memperoleh respon dari
orang lain. Mereka “berbicara” melalui sentuhan dan perabaan terhadap
objek-benda permainannya itu.
|
9-12 bulan
|
Bayi secara intensif berusaha untuk menarik perhatian orang tua, tetapi
akan merasa takut bila berhadapan dengan orang asing atau dalam situasi baru.
Menjelang usia 1 tahun, mereka mulai mampu mengungkapkan emosinya secara
lebih jelas, menunjukan perubahan suasana hati, ambivalensi dan taraf/tingkat
kuat-lemahnya perasaan.
|
12-18 bulan
|
Anak-anak (toddler) melakukan eksplorasi terhadap lingkungan, dengan cara
bermain-main, memegang, menyentuh objek-benda yang ada di sekitarnya. Hal ini
dilakukan dalam upaya untuk menarik perhatian orangtua-objek kelekatanya,
serta untuk menguasai lingkungan hidupnya. Selain itu, fungsi eksplorasi ini
ialah: untuk meningkatkan rasa percaya diri maupun untuk belajar
mengungkapkan potensinya dalam bentuk aktivitas.
|
18-36 bulan
|
Anak-anak kadang menjadi cemas karena mereka menyadari bahwa dirinya
telah berpisah dari orangtuanya. Mereka melakukan permainan peran untuk
mengidentifikasi sikap/prilaku orangtua.[11]
|
a.
Pola-Pola Kelekatan
Emosional
Berbicar emosi pada anak,
pasti tidak lepas dari peran kasih sayang
orang tua. Hal tersebut bisa diartikan sebagai kelekatan emosional antar
anak dengan orang tuanya. Adapun manfaat kelekatan emosional bagi seorang ibu
adalah kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak yang sehat dan mampu
menyesuaikan diri pada situasi kini dan nanti. Menurut Ainsworth dan kawan-kawan ada empat kelekata emosional yaitu :
i.
Kelekatan Emosional Yang
Aman (Secure Attachment)
Suatu kondisi dimana anak
merasa nyaman, tenang untuk selalu dekat dengan orngtuanya.
ii.
Kelekatan Emosional Tidak
Aman(Avoidant Attachment)
Suatu kondisi dimana anak
tidak menangis ketika di tinggal pergi orangtuanya, melainkan apabila orang
tuanya mendekat ia akan merasa tertekan dan takut.
iii.
Kelekatan Emosional Yang
Membingungkan (Ambivalent Or Resistant Attachement)
Suatu kelekatan emosional
yang apabila ibunya akan meninggalkan si anak, ia akan merasa gelisah dan tidak
nyaman.
iv.
Kelekatan Emosional Yang
Tidak Terarah Dan Tidak Terorganisir (Disorganized-Disoriented Attachment)
Bayi tidak dapat merespon
secara stabil dan tidak jelas terhadap kehadiran ibunya.[12]
b.
Perkembangan Psikososial
Anak Usia Tiga Tahun Pertama
Menurut Erik Erikson
(dalam Lichtenstain & ireton, 1984) ada tiga perkembangan emosional pada
anak usia tiga tahun pertam yaitu :
i.
Tahap percaya versus
curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-1,5 tahun,
dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan
pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat
pengalaman yang tidak menyenangkan.
ii.
Tahap Mandiri versus Ragu
( Autonomy vs Shame), usia anak 1,5-3 tahun,
perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh
anggota tubuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika
lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
iii.
Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative
versus guilt), usia anak 3-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas
dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan
lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika
anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa
berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.[13]
D. Pemberian Stimulasi dari
Orang Tua
Dalam perkembangan anak di
usia 0-4 tahun sesungguhnya membutuhkan perhatian orang tua dan kasih
sayangnya. Dengan adanya perhatian dan kasih sayang itulah anak bisa
mengembangkan aspek-aspek fisiologis, kognitif, bahasa, maupun sosio-emosional.
Dalam asuhan orang tua anak bisa mendapatkan pembelajaran berarti atau pun
mendapatkan suatu yang membuat anak menjadi tidak nyaman. Menurut Baumrind (dalam
Papalia, et,al.,2004) ada empat jenis pola asuh. Pertama,
otoriter, kedua Permisif, ketiga Demokratis, keempat,
situasional.[14]
Dalam pemberian stimulasi
dari orang tua itu sangat dibutuhkan anak. Orang tua dapat melakukan kegiatan seperti berkomunikasi atau mendongeng, mendengarkan musik, bermain sambil
belajar, memberikan penghargaan terhadap anak, menjamin kebutuhan dasar secara
layak dan memadai, menyediakan waktu khusus untuk anak, memberikan dukungan
sosial dan dorongan kepada anak-anak untuk melakukan aktivitas dan bermain
tanpa ada rasa takut salah.
BAB 3
KESIMPULAN
Setiap individu manusia
akan terjadi perkembangan dan pertumbuhan. Terutama Perkembangan dan
pertumbuhan pada anak usia 0-4 tahun ini sangatlah cepat. Perkembangan anak itu
mempunyai beberapa aspek yang sangat mendukung satu sama lain. Diantaranya
aspek fisik akan mempunyai pengaruh besar terhadap aspek kognitif, bahasa dan
sosio-emosional. Maupun aspek kognitif akan mengalami kesinambungan satu sama
lain.
Keadaan ini juga
dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak. Pola asuh
yang tidak baik akan berdampak tidak baik juga terhadap anak, dan akan membuat
perkembangan dan pertumbuhan anak terhambat. Pada dasarnya dalam menjaga
perkembangan anak peran orang tua dalam menjaga, mendidik, dan memberi dorongan
motivasi membangun terhadap anak itu sangatlah diperlukan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Latifah Melly, Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 3 Tahun, from
https://www.facebook.com/notes/bubu-tantri/-karakteristik-perkembangan-kognitif-anak-usia-1-3-tahun-/148588295195608,28
September 2014.
Bidanku.com. perkembangan motorik anak.
from http://bidanku.com/perkembangan-motorik-anak,diakses. 28 september 2014.
Dariyo, Agoes.(2007).
Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT Refika Aditama.
[1] Agoes Dariyo. Psikologi
Pekembangan Anak Tiga Tahun Pertama (PSIKOLOGI ATITAMA).2007.PT.
Refika Aditama.h.37
[4] Bidanku.com, perkembangan motorik anak,
http://bidanku.com/perkembangan-motorik-anak,diakses 28 september 2014 jam
09.59
[6] Melly Latifah, Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 3 Tahun,
https://www.facebook.com/notes/bubu-tantri/-karakteristik-perkembangan-kognitif-anak-usia-1-3-tahun-/148588295195608,28
September 2014, 11.57 WIB
[12]
Lihat, ibid, hlm. 186
[13] Lihat, Ibid, hlm.190
Tidak ada komentar:
Posting Komentar