Jumat, 10 Oktober 2014

Makalah Perkembangan Psikologi Anak Usia 0-4


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pada era sekarang ini kehidupan dalam berkeluarga itu sangatlah mempunyai pengaruh besar bagi setiap anggota keluarga. Pada konteks utama, keluarga ini merupakan suatu unit terkecil yang terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang di dalamnya yang dimana mereka semua saling berinteraksi dan saling berketergantungan satu sama lain. Dalam keluarga inilah Ayah sebagai kepala keluarga yang sangat mempunyai tanggung jawab besar dalam semuanya, baik itu untuk istri ( ibu ) maupun terhadap anak.
Anak dalam keluarga, ini merupakan suatu titipan Tuhan terhadap ayah dan Ibu. Dengan titipan Tuhan inilah kedua orang tua, baik itu ayah dan ibu harus selalu mendidik, menjaga, dan memberikan suatu dorongan yang membangun untuk anak tersebut. Intinya dalam perkembangan anak orang tua harus mengambil alih tugas penting tersebut.

Berbicara perkembangan anak terutama pada anak usia dini dari umur 0-4 tahun. Kedua orang tua harus mempunyai kemapuan lebih dalam menjaga anak pada usia tersebut. Pada pokok ini lah kita harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan baik dalam aspek fisik, kognitif, bahasa, maupun aspek sosio-emosional serta peran orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Perubahan-Perubahan Dalam Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan berarti mempelajari proses-proses perubahan-perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia. Perubahan-perubahan tersebut baik bersifat fisiologis, kognitif, dan psiomotorik, dan psikososial. Di dalam perubahan psikologi perkembangan ini terdapat dua hal penting yakni, pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development).

1.      Apa itu pertumbuhan dan perkembangan ?
 Pertumbuhan (growth), yang dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif (dapat diukur). Perubahan – perubahan tersebut dapat terjadi pada bentuk fisik yang bersifat irreversible. Misalnya, pada seorang bayi awalnya mempunyai tinggi badan 56 cm dan tinggi 4,0 kg. Selang 1 tahun kemudian tinggi, bayi tersebut mengalami tumbuh tinggi hingga 85 cm dan beratnya mencapai 8,7 kg. Perubahan – perubahan  inilah yang dapat diukur secara pasti. Sedangkan perkembangan (development) merupakan  perubahan manusia yang terjadi akibat proses pertumbuhan fisik dan proses pembelajaran yang mengarah pada kualitas subtansi prilakunya. Misalnya pada seoarang bayi, setelah lahir bayi tersebut hanya bisa menangis, tidur, dan minum ASI. Namun setelah beberapa tahun kemudian ia sudah dapat melakukan aktifitas lain seperti tengkurep, tersenyum, memegang benda tertentu, dan lain sebagainya.

B.     Periodisasi Perkembangan Manusia Dari Umur 0-4 Tahun
Setiap individu di muka bumi ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi dari peristiwa konsepsi hingga kelahiran dan menjadi seorang bayi, kemudian tumbuh kembang sebagai anak-anak, remaja, dewasa, hingga sampai mati. Proses ini mestinya membutuhkan rentang waktu yang cukup panjang. Menurut para ahli psikologi perkembangan hal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahap. Menurut Papalia, Olds & Feldman (1998; 2004) di ikutip dari Agoes Dariyo membagi perkembangan manusia menjadi sembilan tahap yakni :
1.      Masa Pra-natal,
2.      Bayi dan bawah tiga tahun,
3.      Anak-anak awal (early childhood),
4.      Anak tengah (middle childhood),
5.      Anak akhir (late childhood),
6.      Remaja (adolescense),
7.      Dewasa muda (young adulthood),
8.      Dewasa tengah (middle Adulthood), dan
9.      Dewasa Akhir (late Adulthood).[1]
Dalam tahap-tahap perkembangan manusia diatas itu merupakan perkembangan manusia dari konsepsi awal hingga tahap dewasa akhir. Dalam perkembangan anak pada usia 0 sampai 4 tahun terdapat pada tahap pra-natal, bayi dan diawah tiga tahum (toddler), hingga tahap anak-anak awal (early childhood).
1.      Masa Pra-natal
Pada masa ini merupakan masa proses pertumbuhan dan perkembangan dimulai. Proses ini dikarenakan adanya pertemuan sperma dengan sel telur yang bakal menjadi calon manusia dengan diawali proses pembentukan jaringan hingga struktur organ-organ fisik lainnya. Hal ini membutuhkan waktu maksimal 9 bulan 10 hari. Mnurut para ahli menyebutnya sebagai masa perubahan evolusi janin dalam keandungan.[2] Pada kondisi ini sangatlah rentan terhadapa kondisi lingkungannya, karena pada kondisi inilah janin perlu tarif kesehatan yang baik, kebiasaan dan prilaku yang baik, baik itu ayah maupun ibu. Apabila kondisi fisilogis dan psikologis yang baik akan membuat perkembangan individu menjadi orang cerdas, sehat, dan berkompeten.

2.      Masa Bayi dan Anak Tiga Tahun Pertama (Toodler)
Keadaan yang sudah dikatakan matang (mature) untuk seluruh organ fisiknya, karena sudah melewati masa waktu yang cukup lama yaitu hingga 9 bulan 10 hari. Dengan waktu yang cukup ini ia merasa sudah siap untuk dilahirkan ke dalam dunia. Setelah dilahirkan, seorang bayi akan segera menangis hal ini disebabkan karena rasa terkejutnya untuk pertama kali dengan perbedaan susana ketika dalam kandungan dengan suasana ketika ia melihat dunia ini.
Perkembangan dan pertumbuhan akan terjadi selama masa pengasuhan, pemeliharaan dan bimbingan dari orang tuanya. Pada masa ini perkembangan anak sudah dapat melakukan sesuatu seperti merangkak, berdiri, berjalan, melompat dan berlari. Bermain merupakan hal sangat membahagiakan bagi si anak. Dengan bermain ini lah si anak dapat mengembangkan keterampilan motorik, kecerdasan, inisiatif, imajinasi, kreatif, bakat, kemampuan sosialisasi. Ciri-ciri anak pada masa tiga tahun pertama ini masih lekatnya emosi antara orang tua dan anak, sering menceritakan sesuatu yang tidak masuk akal, berbohong, dan egosentris.[3]

3.      Masa Anak-anak Awal (Early Childhood)
Pada masa ini anak mengalami suatu kemandiriran, kemampuan kontrol diri (self control) dan hasrat ingin memperluas pergaulan dengan sesama teman. Masa ini terjadi pada anak usia 4-5 tahun.  Pergaulan yang terjadi pada masa ini akan membuat sedikit demi sedikit mengurangi rasa ketergantungan terhadap orang tua, mengurangi egosentris, mengurangi cerita-cerita yang tidak masuk akal. Walaupun pada masa ini di mungkinkan terjadinya konflik, pertengkaran yang kemudian terjadinya proses kompromi, dan adaptasi atas norma-norma yang ada. Bermain pada masa in mempunyai hal yang penting dalam pengembangan kepribadian, psikomotorik halus maupun kasar.

C.    Aspek-Aspek Perkembangan pada anak usia 0-4 tahun
Mengenai perkembangan manusia hal ini tidak dapat lepas dari beberapa aspek seperti perubahan dalam dirinya. Secara garis besar perkembangan manusia itu dilandasi beberapa aspek seperti aspek fisik (psikomotorik), aspek kognitif, aspek bahasa, dan aspek sosio-emosional.
1.       Aspek Fisik
Mengenai aspek fisik ini sangatlah dapat kita lihat perubahan-perubahan tersebut dari luar tubuh manusia maupun di dalam internal tubuh. Ketika perubahan fisik anak perlu di cermati secara intens, karena apabila terdapat sesuatu yang kurang terhadap pertumbuhan anak, itu dapat menjadi suatu tanda dari anak. Perubahan-perubahan fisik ini dapat kita lihat dari konsepsi awal, hingga menjadi bayi dan tumbuh kembang menjadi anak-anak. Perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik luar dapat kita lihat seperti tinggi, berat, dan tangan, tubuh, kaki, dan lain sebagainya. Selain itu perubahan-perubahan internal juga termasuk dalam aspek perkembanga secara fisik dengan semakin kuatnya jaringan otot dan sistem syaraf sehingga mampu meningkatkan kapasitas hormon dam kelenjar maupun keterampiln motorik. Mengenai perkembangan saraf motorik ini menjadi modal awal bagi seorang anak ingin melakukan sesuatu kegiatan. Di dalam perkembangan saraf motorik ini terbagi menjadi dua yaitu,
a.       Motorik kasar, dan
Gerakan fisik yang membutuhkan suatu koordinasian antar jaringan otot-otot besar dengan anggota seluruh tubuh dengan menciptakan keseimbangan. Misalnya, dalam gerakan berjalan, berlari, dan melompat.
b.      Motorik halus.
Ini merupakan gerakan kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan antara otot halus dengan tangan-mata. Misalnya dapat diperdalam dengan bermain puzzle.[4]
Dalam konteks perkembangan motorik seorang bayi atau anak, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik tersebut. (1) Perkembangan Usia, (2) Tercapainya Kematangan Organ-Organ Fisioogis, (3) Kontrol Kepala (4) Kontrol Tangan (5) Kontrol Kaki (6) Lokomosi.[5]
Perubahan fisik ini sangatlah dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, sakit-penyakit dan nutrisi. Setiap perubahan fisik yang terjadi hal ini pasti berpengaruh pada aspek lain seperti kognitif, bahasa, dan sosio-emosional.

2.      Aspek kognitif
Dalam perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir, memecahakan masalah, mengambill keputusan, kecerdasan, bakat. Kematangan fisiologis ini merupakan hal yang penting dalam perkembangan kognitif, sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.
                  Perkembangan kognitif anak usia 1-2 Tahun.
USIA
KEGIATAN
13-19 bulan
Belajar melalui pengamatan/ mengamati. 
17-19 bulan
Meniru orang tua. 
14 bulan
Belajar konsentrasi. 
15 bulan
Mengenal anggota badan
18-24 bulan
Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu. 
18 bulan
Mulai mampu berimajinasi. 
21-23 bulan
Mampu berpikir antisipatif. 
12-17 bulan
Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata
18-23 bulan
Cepat menangkap kata-kata baru. 

Perkembangan kognitif anak usia 2-3 Tahun.
USIA
KEGIATAN
24 bulan
Berpikir simbolik. 
36 bulan
Mengelompokkan, mengurut dan menghitung. 
8-36 bulan
Meningkatnya kemampuan mengingat. 
18-36 bulan
Berkembangnya pemahaman konsep. 
36 bulan
Puncak perkembangan bicara dan bahasa[6]


3.      Aspek Bahasa
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi. Kita sebagai makhluk sosial mestinya harus berkomunikasi satu sama lain. Bayi merupakan makhluk premitif dalam perkembangan bahasa.[7] Pada dasarnya bayi belum dapat berkata-kata maupu berbicara kepada sesama manusia. Dengan meningkatkan kemampuan berbicara ataupun berbahasa harus mampu dalam kematangan fisiologis, dan perkembangan sistem syaraf dalam otak supaya anak dapat berfikir, dan melakukan komunikasi dengan baik.
Perkembangan berbahasa anak pasti melalui masa awal dimana anak hanya dapat menangis, berteriak, mengoceh, dan meniru kata-kata. ketika anak dilahirkan di dunia ini, menangis merupakan suatu ungkapan komunikasi awal dari anak, maupun rasa terkejutnya anak dengan perbedaan suasan ketika didalam kandungan ibu dengan keadaan dunnianya sekarang. Kemudian anak dapat berteriak dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas. Dan selanjutnya anak dapat mengoceh dengan kata-kata yang pernah didengarnya seperti pa pa pa, ma ma ma. Dengan mengoceh anak sudah bisa mengfungsikan organ-organ seperti lidah, tenggorokan, dan pernapasan dalam mengeluarkan kata-kata tersebut. Tetapi dengan anak yang mempunyai keterbatasan dalam pendengaran maupun dalam berucap, ia akan sulit dalam berkomunikasi dengan sesama manusia, kecuali dengan menggunakan bahasa isyarat (gesture).
Bahasa isyarat merupakan bahasa komunikasi dengan menggerakan anggota tubuh seperti tangan, kepala, ekspresi wajah. Dengan bahasa isyarat ini kadangkala membuat orang tua menjadi lebih peka dengan kondisi si anak.
a.       Tahap-Tahap perkembangan kalimat Anak
Menurut Schaerlaekens (dalam Marat, 2005) dalam kutipan Agoes Dariyo, menyebutkan ada tiga perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun  pertama, yakni:
                                                                                                                    i.            Periode Prelingual ( Usia 0-1 Tahun)
Suatu periode dimana kemampuan anak dalam mengoceh. Anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda.
                                                                                                                  ii.            Periode Lingual Dini (Usia 1-2,5 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.
                                                                            iii.        Periode Diferensiasi (Usia 2,5 - 5 tahun)
Pada tahap ini anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik dan benar. Permbendaharaan katanya sudah berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.[8]

b.      Karakteriktik Bahasa pada Anak-Anak Usia Tiga Tahun Pertama
Para ahli psikologi perkembangan (Berk,1993; Haris & Liebert, 1991; Turner & Helms, 1995; Papalia, et.al., 1998;2004) dalam kutipan Agoes Dariyo, menyebutkan ada tiga karakteristika bahasa anak, yaitu :
                                                                                                                    i.            Sederhana
                                                                                                                  ii.            Memahami Hubungan Gramatika, Walau Tidak Mampu Diucapkan Secara Langsung.
                                                                                                                iii.            Memahami Arti Kata-kata

Daftar perkembangan bahasa dari lahir sampai usia 3 tahun
(dalam Papalia, Olds & Feldman, 1998)
Usia (Bulan)
Karakteristik Perkembangan
Lahir
Bayi dapat menerima pembicaraan orangtua. Ia menagis untuk membuat respon terhadap suara yang gaduh.
1,5 – 3 bulan
Bayi mengoceh, tertawa dan berteriak.
3 bulan
Bayi bermain dengan suara-suara untuk memperoleh rasa senang.
5 - 6 bulan
Bayi mampu membuat suara konsonan dan mencoba untuk merespon terhadap suara-suara yang didengarnya.
6 – 10 bulan
Bayi mampu mengoceh dengan memadukan suara konsonan dan vokal
9 bulan
Menggunakan gerak-gerik isyarat untuk berkomunikasi dan bermain dengan gestur.
10 – 12 bulan
Bayi mulai memahami kata-kata (seperti kata tidak atau namanya sendiri), serta mampu meniru kata-kata.
9 – 10 bulan
Bayi mampu menggunakan bahasa isyarat sosialyang dapat dimengertioleh lingkungan sosial.
10 -14 bulan
Anak mampu mengatakan kata-kata pertama dan meniru suara orang lain
10 – 18 bulan
Anak dapat mengatakan kata-kata tunggal
13 bulan
Anak dapat memahami fungsi simbolik dari nama, serta dapat menggunakan isyarat yang diperluas
14 bulan
Anak mampu memhami dan menggunakan isyarat secara simbolik
16 – 24 bulan
Anak mampu membuat kalimat dua kata, misalnya: saya bica, caya bica, taya bita (maksudnya : saya bisa)
20 bulan
Anak mampu mempelajari kata-kata dan memperluas perbendaharaan kata secara cepat dari 50 kata menjadi 400 kata. anak mampu menggunkan kata-kata benda dan kata-kata sifat.
20 – 22 bulan
Anak mampu menggunakan beberapa isyarat atau nama. Nama mempunyai arti bagi dirinya.
24 bulan
Anak mempunyai dorongan untuk berkatakata secara tiba-tibadengan cendrung mampu membuat beberapa kata.
30 bulan
Anak mampumenggunakan kalimat 2 kata sebagai frase dan ingin bebicara kepada orang lain.
36 bulan
Anak belajar kata-kata baru hampir setiap hari. Ia berbicara denan 3 atau lebih kata. ia mampu memmahami bahasa atau kata-kata dengan baik, mampu membuat kalimat dengan aturan tata bahasa tetap sering kali salah.
Anak mampu berkata-kata dengan 1000 kata, dan 80  persen dapat dimengerti (intelligible), tetapi salah dalam membuat sintaksis (kalimat).[9]

4.      Aspek Sosio-Emosional
Emosi merupakan bagian dari aspek afektif yang mempunyai pengaruh besar terhadapkepribadian dan prilaku seseorang. Pada hakekatnya emosi bersifat fluktuatif dan dinamis, artinya perubahan emosi sangat bergantung pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya. Ada dua emosi yang dikenal pada anak usia tiga tahun pertama, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif ini merupakan suatu keadaan perasaan yang membuat anak menjadi senang, bahagia, bersemangat dan percaya diri untuk melakukan sesuatu. Sedangkan emosi negatif merupakan ungkapan perasaan-perasaan yang cendrung membuat anak menjadi tidak nyaman.[10]

Perkembangan karakteristik emosi anak usia tiga tahun pertama
(Papalia,Olds & Felman, 1998)
Usia
Karakteristik
0-3 bulan
Bayi terbuka terhadap stimulasi luar. Mereka memulai menunjukkan keterkaitan dan rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru. Mereka mudah tersenyum dengan orang lain.
3-6 bulan
Bayi dapat mengatisipasi terhadap suatu kejadian dan pengalaman yag tak disukainya. Mereka mungkin menjadi marah dan waspada. Mereka sering mengoceh, tersenyum dan tertawa. Hal ini merupaan waktu awal kebangkitan pengalaman relasi antara bayi dengan orangtunya.
6-9 bulan
Bayi melakukan aktifitas bermain sosial untuk memperoleh respon dari orang lain. Mereka “berbicara” melalui sentuhan dan perabaan terhadap objek-benda permainannya itu.
9-12 bulan
Bayi secara intensif berusaha untuk menarik perhatian orang tua, tetapi akan merasa takut bila berhadapan dengan orang asing atau dalam situasi baru. Menjelang usia 1 tahun, mereka mulai mampu mengungkapkan emosinya secara lebih jelas, menunjukan perubahan suasana hati, ambivalensi dan taraf/tingkat kuat-lemahnya perasaan.
12-18 bulan
Anak-anak (toddler) melakukan eksplorasi terhadap lingkungan, dengan cara bermain-main, memegang, menyentuh objek-benda yang ada di sekitarnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menarik perhatian orangtua-objek kelekatanya, serta untuk menguasai lingkungan hidupnya. Selain itu, fungsi eksplorasi ini ialah: untuk meningkatkan rasa percaya diri maupun untuk belajar mengungkapkan potensinya dalam bentuk aktivitas.
18-36 bulan
Anak-anak kadang menjadi cemas karena mereka menyadari bahwa dirinya telah berpisah dari orangtuanya. Mereka melakukan permainan peran untuk mengidentifikasi sikap/prilaku orangtua.[11]

a.       Pola-Pola Kelekatan Emosional
Berbicar emosi pada anak, pasti tidak lepas dari peran kasih sayang   orang tua. Hal tersebut bisa diartikan sebagai kelekatan emosional antar anak dengan orang tuanya. Adapun manfaat kelekatan emosional bagi seorang ibu adalah kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak yang sehat dan mampu menyesuaikan diri pada situasi kini dan nanti. Menurut Ainsworth dan kawan-kawan ada empat kelekata emosional yaitu :
i.                    Kelekatan Emosional Yang Aman (Secure Attachment)
Suatu kondisi dimana anak merasa nyaman, tenang untuk selalu dekat dengan orngtuanya.
ii.                  Kelekatan Emosional Tidak Aman(Avoidant Attachment)
Suatu kondisi dimana anak tidak menangis ketika di tinggal pergi orangtuanya, melainkan apabila orang tuanya mendekat ia akan merasa tertekan dan takut.
iii.                Kelekatan Emosional Yang Membingungkan (Ambivalent Or Resistant Attachement)
Suatu kelekatan emosional yang apabila ibunya akan meninggalkan si anak, ia akan merasa gelisah dan tidak nyaman.
iv.                Kelekatan Emosional Yang Tidak Terarah Dan Tidak Terorganisir (Disorganized-Disoriented Attachment)
Bayi tidak dapat merespon secara stabil dan tidak jelas terhadap kehadiran ibunya.[12]

b.      Perkembangan Psikososial Anak Usia Tiga Tahun Pertama
Menurut Erik Erikson (dalam Lichtenstain & ireton, 1984) ada tiga perkembangan emosional pada anak usia tiga tahun pertam yaitu :
                                                                    i.            Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-1,5 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.
                                                                  ii.            Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 1,5-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tubuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
                                                                iii.            Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 3-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.[13]


D.    Pemberian Stimulasi dari Orang Tua
Dalam perkembangan anak di usia 0-4 tahun sesungguhnya membutuhkan perhatian orang tua dan kasih sayangnya. Dengan adanya perhatian dan kasih sayang itulah anak bisa mengembangkan aspek-aspek fisiologis, kognitif, bahasa, maupun sosio-emosional. Dalam asuhan orang tua anak bisa mendapatkan pembelajaran berarti atau pun mendapatkan suatu yang membuat anak menjadi tidak nyaman. Menurut Baumrind (dalam Papalia, et,al.,2004) ada empat jenis pola asuh. Pertama, otoriter, kedua Permisif, ketiga Demokratis, keempat, situasional.[14]
Dalam pemberian stimulasi dari orang tua itu sangat dibutuhkan anak. Orang tua dapat melakukan kegiatan seperti berkomunikasi atau mendongeng, mendengarkan musik, bermain sambil belajar, memberikan penghargaan terhadap anak, menjamin kebutuhan dasar secara layak dan memadai, menyediakan waktu khusus untuk anak, memberikan dukungan sosial dan dorongan kepada anak-anak untuk melakukan aktivitas dan bermain tanpa ada rasa takut salah.







BAB 3
KESIMPULAN

Setiap individu manusia akan terjadi perkembangan dan pertumbuhan. Terutama Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia 0-4 tahun ini sangatlah cepat. Perkembangan anak itu mempunyai beberapa aspek yang sangat mendukung satu sama lain. Diantaranya aspek fisik akan mempunyai pengaruh besar terhadap aspek kognitif, bahasa dan sosio-emosional. Maupun aspek kognitif akan mengalami kesinambungan satu sama lain.
Keadaan ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak. Pola asuh yang tidak baik akan berdampak tidak baik juga terhadap anak, dan akan membuat perkembangan dan pertumbuhan anak terhambat. Pada dasarnya dalam menjaga perkembangan anak peran orang tua dalam menjaga, mendidik, dan memberi dorongan motivasi membangun terhadap anak itu sangatlah diperlukan anak. 












DAFTAR PUSTAKA

Latifah Melly, Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 3 Tahun, from https://www.facebook.com/notes/bubu-tantri/-karakteristik-perkembangan-kognitif-anak-usia-1-3-tahun-/148588295195608,28 September 2014.
Bidanku.com. perkembangan motorik anak. from http://bidanku.com/perkembangan-motorik-anak,diakses. 28 september 2014.
Dariyo, Agoes.(2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT Refika Aditama.




[1] Agoes Dariyo. Psikologi Pekembangan Anak Tiga Tahun Pertama (PSIKOLOGI ATITAMA).2007.PT. Refika           Aditama.h.37
[2] Lihat, ibid
[3] Lihat.ibid.hlm.38
[4] Bidanku.com, perkembangan motorik anak, http://bidanku.com/perkembangan-motorik-anak,diakses 28 september 2014 jam 09.59
[5] Agoes Dariyo,Op. Cit, hlm.127
[6] Melly Latifah, Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 3 Tahun, https://www.facebook.com/notes/bubu-tantri/-karakteristik-perkembangan-kognitif-anak-usia-1-3-tahun-/148588295195608,28 September 2014, 11.57 WIB
[7] Agoes Dariyo, Loc. Cit, hlm.151
[8] Lihat, ibid, hlm.157-158
[9] Lihat, ibid, hlm.163
[10] Lihat, ibid, hlm 182
[11] Lihat, ibid, hlm. 184
[12] Lihat, ibid, hlm. 186
[13] Lihat, Ibid, hlm.190
[14] Lihat, Ibid, hlm.208

Tidak ada komentar:

Posting Komentar